ANALISIS KELAYAKAN USAHA RICE MILLING UNIT (RMU)
DI KECAMATAN JETIS KABUPATEN BANTUL, YOGYAKARTA
Sugeng
Widodo, Rob Mujisihono dan Nur Hidayat
Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta
ABSTRAK
Beras adalah komoditas strategis dan
merupakan pangan pokok bangsa Indonesia. Konsumsi beras setiap tahun selalu
meningkat seiring dengan laju penambahan penduduk. Sudah banyak upaya untuk mengerem laju
konsumsi beras dengan anekaragaman pangan lokal namun tampaknya setiap tahun
selalu mengalami kenaikan. Seiring
dengan laju konsumsi beras maka pihak produsen utama (petani) dan ditunjang
dengan usaha penggilingan padi (Rice
Milling Unit) mengalami kenaikan pesat. Pesatnya pertumbuhan RMU di
Kabupaten Bantul menimbulkan persaingan yang cukup ketat. Metode penelitian
adalah survai dengan penentuan RMU secara sengaja (purposive) dengan pendekatan daerah sentra padi. Penelitian menguji 3 RMU di Kecamatan Jetis,
Kabupaten Bantul pada bulan September - Desember 2004. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) Tingkat pengembalian modal (Internal Rate Return/IRR)
pada 3 RMU memberikan nilai IRR aktual > IRR estimate, ( 12% ) masing-masing
adalah UD Iqbal Sari Padi 63%; UD Dewi Sri 70% dan UD Tani Rahayu 36%. Dengan
nilai indikator IRR > 12% maka usaha RMU di tiga UD tersebut layak; (2) Net
Present Value (NPV) memberikan nilai indikator NPV positif, masing-masing
adalah UD Iqbal Sari Padi sebesar Rp 75,680,901; UD Dewi Sri Rp 34,306,065 dan UD Tani Rahayu
sebesar Rp 13,017,534. Artinya bahwa usaha penggilingan padi RMU selama 5 (lima) tahun investasi
memberikan keuntungan masing-masing sebesar Rp 75,680,901; Rp 34,306,065 dan Rp 13,017,534. Dengan pendekatan kedua
indikator IRR dan NPV dalam kondisi
normal pada saat pengkajian usaha ini layak dan memberikan manfaat nyata bagi
usaha RMU di Kabupaten Bantul.
Kata kunci : RMU, padi,
kelayakan usaha
PENDAHULUAN
Swasembada
beras terjadi tahun 1984 dan dapat dipertahankan pada tahuu 1990. Setelah itu
peningkatan konsumsi beras tidak sebanding lagi dengan laju peningkatan produksi
dan areal panen (Kasryno et al., 2001). Sejak tahun 1994
Indonesia mulai mengimpor beras lagi, dan setiap tahun ada kecenderungan
peningkatan impor. Ini sebenarnya merupakan peluang bagi petani dan usaha
penggilingan padi (RMU) dalam peningkatan produktivitas dan kualitas beras. Pangsa pasar tersedia
hanya keperpihakan pemerintah terhadap petani khususnya padi sangat diharapkan
dalam peningkatan pendapatan dan nilai tukarnya sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan bagi petani. Insentif dalam keperpihakan pemerintah pada petani
diharapkan mampu memberikan spirit dan motivasi sehingga akhirnya petani
bergairah lagi menanam padi.
Tanaman padi merupakan
masih merupakan komoditi strategis nasional. Produksi beras di Indonesia pada
akhir tahun 2000 mencapai 51,899 juta ton GKG (Simatupang, 2000; Simatupang dan
A. Syukur, 2002) pada akhir tahun 2002 diperkirakan sebesar 54 juta ton GKG.
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2002 dapat menyumbangkan sekitar
653.576 ton padi Gabah Kering Giling (GKG), terdiri dari hasil padi sawah
537.955 ton GKG, padi gogo 115.622 ton GKG, setara dengan 424.824,4 ton beras
(Anonimus, 2002). Dilihat dari luas areal padi sawah, maka Kabupaten Sleman
merupakan pemasok terbesar (40,56%), Kabupaten Bantul, 27,60%, Kabupaten Kulon
Progo, 18,03%, Kabupaten Gunung Kidul 13,40% dan Kodya Yogyakarta 0,41%.
Sedangkan padi gogo 100,00% berada di Kabupaten Gunung Kidul (Santoso, 2002).
Potensi hasil varietas-varietas unggul padi sawah telah mencapai titik
jenuh, hal ini terbukti bahwa rata-rata produksi padi persatuan luas telah
melandai. Dengan memperhatikan mutu gabah/beras yang mengarah kepada permintaan
pasar, baik domestik maupun internasional, maka pengenalan varietas padi
unggul baru aromatik diharapkan dapat
meningkatkan harga jual beras yang dihasilkan. Adapun kegiatan tersebut telah
mendapat respon dari Bupati Bantul dengan bantuan benih padi aromatik sebanyak
4 ton bekerja sama dengan BPTP-Yogyakarta tahun 2001 (Mudjisihono, 2001). Hasil
panen dihimpun dalam satu lumbung kelompok dan diharapkan dapat dijual dalam
bentuk gabah maupun beras dengan harga yang relatif lebih tinggi. Sebagai
tindak lanjut Mudjisihono et al., (2004), sedang mengembangkan padi
aromatik varietas Batang Gadis, Gilirang, Cimelati dan Celebes di Yogyakarta.
Maka perlu diantisipasi dengan pola
penanganan pasca panen yang tepat dan benar.
Masalah
besarnya kehilangan hasil, mutu yang rendah dan harga yang fluktuatif yang
cenderung tidak memberikan insentif kepada petani sangat amat dirasakan dan
perlu segera solusinya (Moehaimin-Sovan, 2002).
Kehilangan hasil pasca panen masih tinggi yaitu mencapai 20,5%
(Anonimus, 1995). Mutu beras yang
dihasilkan umumnya sangat rendah yang dicirikan oleh beras patah (broken) yang lebih dari 15% dengan rasa,
warna yang kurang baik. Selanjutnya
harga gabah ditingkat petani belum dapat memperbaiki tingkat pendapatan. Kondisi demikian akan semakin besarnya
ancaman terhadap ketahanan pangan beras.
METODE
PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Kegiatan akan
dilaksanakan pada tahun 2004 dari bulan September – Desember 2004. Pada tahap
awal dilakukan survai lokasi pada daerah sentra padi di Kecamatan Jetis
Kabupaten Bantul. Penentuan tempat RMU secara sengaja (purposive) yaitu
pada daerah sentra padi, sedangkan
penentuan responden secara simple random sampling, dengan kriteria
responden bahwa RMU yang dikaji memiliki kesetaraan dalam volume, skala dan
berijin.
Pendekatan Analisis Data
a.
Analisis Pendapatan
Bersih Usaha RMU
Keuntungan = Penerimaan Total – Biaya Total
Komponen
biaya total terdiri dari biaya-biaya variabel (biaya tidak tetap) dan biaya
tetap. Biaya variabel adalah biaya yang secara total berubah secara
proporsional dengan perubahan aktivitas, dengan kata lain biaya variabel adalah
biaya yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan, akan
tetapi biaya variabel per unit sifatnya konstan. Sedangkan biaya yang selalu
tetap secara keseluruhan tanpa terpengaruh oleh tingkat aktivitas (Garrison dan
Norren, 2001).
b.
Analisis Finansial RMU
Analisis
finansial yaitu menghitung tingkat imbalan yang diterima dari modal yang sudah
diinvestasikan pada usaha RMU. Kriteria investasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Net Present Value
(NPV), Net B/C, dan IRR.. (Pujosumarto, 1998 ; Gitinger, 1986)
Net Present Value (NPV) :

Keterangan
:
B = Manfaat penerimaan tiap tahun
C = Manfaat biaya yang dikeluarkan tiap
tahun
t = Tahun
kegiatan usaha (t = 1,2,...n)
i =
Tingkat discount yang berlaku
Kriteria NPV yaitu :
NPV > 0, berarti usaha RMU yang telah dilaksanakan
menguntungkan;
NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi
proyek tidak menguntungkan;
NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan
biaya yang dikeluarkan.
Internal Rate of Returns (IRR) yaitu :

Keterangan
:
Bt = Manfaat penerimaan tiap tahun
Ct = Manfaat biaya yang dikeluarkan tiap
tahun
t = Tahun
kegiatan usaha (t = 1,2,...n)
i =
Tingkat bunga yang berlaku
Kriteria IRR yaitu :
1.
IRR > Social Discount Rate berarti usaha RMU layak
dilaksanakan;
2. IRR < Social
Discount Rate berarti usaha
RMU tidak layak dilaksanakan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Rice Milling Unit
(RMU)
Usaha penggilingan padi di
Kabupaten Bantul mulai berkembang pesat dalam 5 (lima) tahun terakhir ini.
Kepesatan usaha ini, didukung dengan peningkatan produktivitas hasil padi
dengan produktivitas rerata sudah diatas 5 ton/ha GKP, lebih tinggi dari rerata
produktivitas nasional 4-5 ton/ha. Selain itu didukung dengan kebijakan PEMDA
Kab Bantul yang sangat kondusif dalam peningkatan produktivitas dan usaha RMU
dengan kemudahan ijin dan cukup membantu dalam peningkatan nilai tambah.
Persaingan usaha RMU ini bersifat positif dan kompetitif sehingga harga yang
ditawarkan cukup menguntungkan kedua belah pihak. Kapasitas, jenis dan
karakteristik RMU di Kabupaten Bantul beragam. Hasil penelitian dari 3 unit RMU
di Kec. Jetis disajikan pada tabel 1.
Tabel
1. Spesifikasi Teknis Beberapa RMU di
Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul. 2004
Nama Perusahaan
|
Spesifikasi
|
||||
Merk
|
Kap/jam
|
Model
|
Rpm
|
Ket.
|
|
1. UD. Iqbal Saripadi, Trimulyo
|
Yanmar
ICHI
|
15 HP
10 HP
|
ECH60AN
N70
|
1100
750
|
Pengupas
Penyosoh
|
2. UD. Tani Rahayu, Barungan
|
Yanmar
ICHI
|
13 HP
8 HP
|
HW60AN
N60
|
1100
850
|
Pengupas
Penyosoh
|
3. UD. Sri Rejeki, Sumberagung
|
Yanmar
Kubota
|
15 HP
11 kw
|
ECH60AN
RD160H
|
1100
1800
|
Pengupas
Penyosoh
|
Sumber : Data
Primer, 2004.
Kalayakan RMU (Rice Milling Unit)
Metode perhitungan yang digunakan di dalam
analisis finansial adalah metode arus tunai berdiskonto dengan tingkat discount
factor 1% per bulan sesuai dengan suku bunga berlaku di Bantul. Dalam usaha
RMU output yang dihasilkan adalah nilai rupiah/kg dari biaya giling gabah. Komonen biaya yang dipertimbangkan adalah:
(1) Biaya investasi: dalam
perhitungan awal yang dilakukan yaitu investasi awal yang ditanamkan terinci
adalah: RMU terdiri dari mesin diesel, penyosok dan pencacah, gedung/gudang
pemproses termasuk lantai penjemuran, peralatan pelengkap (nilai sekop,
timbangan dll); (2) Biaya tetap: merupakan
biaya yang dikeluarkan setiap tahun terdiri dari biaya pemeliharaan (service
dan maintenance), bunga bank, pajak/retribusi dan peralatan habis pakai
(karung, ember, tali, pisau, lampu dll); (3) Biaya variabel: Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk operasional
yang terdiri dari: BBM (solar), minyak
pelumas (oli), listrik dan tenaga kerja
(operator mesin RMU).
Pendapatan bersih merupakan selisih dari
penerimaan dengan biaya. Pada tahun ke 0
dan 1 akan bernilai negatif, hal ini karena pada awal investasi butuh biaya
tinggi dan sampai dengan tahun 1 belum berproduksi sehingga nilai negatif, dan
pada tahun ke 2 sampai dengan tahun ke lima sesuai dengan nilai ekonomis mesin
RMU; nilai bangunan/ gudang dan alat bantu lainnya. Nilai investasi RMU disajikan pada tabel 2
Tabel 2. Nilai Investasi Beberapa
RMU di Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul,
2004.
Nama RMU
|
Total Investasi (Rp)
|
1. UD IQBAL SARI PADI Trimulyo, Jetis
|
71,000,000
|
2. UD TANI RAHAYU, Barungan, Jetis
|
42,000,000
|
3. UD
DEWI SRI, Bansan, Jetis.
|
28,200,000
|
Sumber : Data
Primer (2004)
Hasil analisis kelayakan usaha
dari sisi finansial meliputi nilai indikator IRR (Internal Rate of Return dan
NPV (Net Present Value) RMU di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul
disajikan pada tabel 3 dan lebih detil
pada lampirkan 1, 2, dan 3.
Tabel 3. Nilai Indikator Analisis Kelayakan Usaha RMU,
Kabupaten Bantul, 2004.
Nama Usaha RMU
|
KELAYAKAN USAHA
|
||
IRR aktual
|
NPV
|
Kriteria
|
|
1. UD
IQBAL SARI PADI
|
63%
|
75,680,901
|
Layak
|
2. UD
DEWI SRI
|
70%
|
34,306,065
|
Layak
|
3. UD
TANI RAHAYU
|
36%
|
13,017,534
|
Layak
|
Sumber : Data Primer (2004)
Catatan
: IRR estimate 12% (sesuai bunga
bank/berlaku 2004)
Perhitungan dengan investasi pada T0 – T5 (5 tahun)
Dilihat dari
sisi tingkat pengembalian modal (Internal Rate Return/IRR) pada 3 RMU
seperti tertera pada tabel 3 memberikan nilai IRR aktual > IRR estimate,
yaitu > 12% (sesuai bunga yang berlaku saat penelitian) maing-masing adalah
UD Iqbal Sari Padi 63%; UD Dewi Sri 70% dan UD Tani Rahayu 36%. Dengan nilai
indikator IRR > 12% maka dari sisi IRR usaha RMU di tiga UD tersebut layak.
Begitu pula
bila ditinjau dari sisi Net Present Value (NPV) memberikan nilai NPV
positif, masing-masing adalah UD Iqbal Sari Padi sebesar Rp 75,680,901; UD Dewi Sri Rp 34,306,065 dan UD Tani Rahayu
sebesar Rp 13,017,534. Artinya bahwa usaha penggilingan padi RMU selama 5
(lima) tahun investasi memberikan keuntungan masing-masing sebesar Rp
75,680,901; Rp 34,306,065 dan
13,017,534. Dengan pendekatan kedua indikator
IRR dan NPV dalam kondisi normal pada saat pengkajian usaha ini layak
dan memberikan manfaat nyata bagi usaha RMU di Kab Bantul.
KESIMPULAN
1.
Dilihat dari indikator
(Internal Rate Return/IRR) pada 3 RMU adalah layak/feasible
memberikan nilai IRR aktual > IRR estimate, (12%) masing-masing adalah UD
Iqbal Sari Padi 63%; UD Dewi Sri 70% dan UD Tani Rahayu 36%.
2.
Dari sisi Net Present Value (NPV), juga
layak/feasible dengan nilai NPV positif, masing-masing adalah UD Iqbal Sari
Padi sebesar Rp 75,680,901; UD Dewi Sri
Rp 34,306,065 dan UD Tani Rahayu sebesar Rp 13,017,534.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonimus. 2003. Dinas Pertanian
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam: Rakorbangda 2003. Yogyakarta
Garrison dan Norren. 2001. Akutansi Manajerial. Salemba Empat. Jakarta.
Gittinger, 1986. Analisa Ekonomi
Proyek-Proyek Pertanian. Eds (II). Universitas Indonesia Press.
Johns Hopkins. Jakarta. 579.
Karsyno, F., P.
Simatupang, E. Pasandaran dan Sri Adiningsih.
2001.
Reformulasi Kebijaksanaan Perberasan Nasional. Forum Penelitian Agro Ekonomi.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Balitbang Deptan. 1
– 23.
Mudjisihono Rob. dan A. Setyono,
2003. Pengkajian Cara dan Alat Perontokan untuk Menekan Kehilangan Hasil Panen Padi. Balai
Pengkajian Teknologi Yogyakarta. unpublished.
Pudjosumarto, M., 1998.
Evaluasi Proyek. Fakultas Ekonomi Brawijaya Malang. Edisi Kedua.
Liberty. Yogyakarta.
Santosa, T., 2002. Memantapkan
Swasembada Pangan dan Ketahanan Pangan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
IP2TP Yogyakarta.
Simatupang, P. 2000. Anatomi Masalah Produksi Beras Nasional
dan Upaya Mengatasinya. Makalah pada Seminar Nasional Perspektif Pembangunan
Pertanian dan Kehutanan Tahun 2001 Ke depan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi
Pertanian, Badan Litbang Pertanian, 9-10 Nopember 2000. Bogor.
Simatupang, P., dan M.
Syukur, 2002. Dampak Kehilangan Hasil Terhadap Kesejahteraan Sistem Padi. Workshop
Kehilangan Hasil Pasca Panen Padi. Dirjen Bina Pengelolaan dan Pemasaran Hasil
Pertanian, Jakarta, 5 Juni 2002.
Sovan, M., 2002. Peranan
Penanganan Pasca Panen Untuk Menurunkan Kehilangan Hasil. Makalah pada workshop
Kehilangan Hasil Pasca Panen. Jakarta.